![]() |
| ๐๐๐ |
Saat anak-anak datang bersama orang tua mereka, suasana ruangan langsung berubah menjadi hidup. Ada yang masuk sambil digandeng, ada yang berlari kecil menuju mainan, dan ada juga yang masih terlihat canggung dan memilih berdiri dekat pintu. Ekspresi polos mereka—dengan tawa kecil, gerakan lucu, dan rasa ingin tahu yang besar—selalu membuat saya tersenyum. Meskipun mereka belum bisa mengikuti instruksi dengan sempurna, mereka membawa sukacita yang khas di setiap pertemuan.
Pada minggu pertama, suasananya dipenuhi penyesuaian. Banyak anak yang masih takut berpisah dari orang tua, ada yang menangis, dan ada pula yang hanya mau duduk diam sambil memegang mainan. Ketika sesi nyanyian dimulai, beberapa anak ikut menepuk tangan, beberapa hanya menatap, dan sebagian lagi tersenyum malu-malu. Saya sendiri sedang belajar cara berkomunikasi yang sederhana, hangat, dan sesuai dengan usia mereka. Meskipun ada rasa gugup, melihat antusias kecil dari mereka membuat saya lebih percaya diri.
Pada minggu kedua, saya mulai lebih memahami karakter setiap anak. Ada yang sangat tertarik pada lagu-lagu ceria, ada yang fokus pada buku cerita, dan ada juga yang lebih suka beraktivitas sambil memegang benda tertentu untuk merasa nyaman. Saya melihat bagaimana mereka perlahan mulai mengenali rutinitas: doa singkat, nyanyian, mendengarkan cerita Alkitab lewat gambar, mewarnai, bermain sebentar, lalu bernyanyi bersama sebelum pulang. Meskipun masih sangat kecil, kemampuan mereka beradaptasi sangat menggemaskan.
Di minggu ini pula saya menemukan banyak momen kecil yang justru sangat berarti. Misalnya, anak yang biasanya diam mulai tersenyum ketika mendengar lagu. Ada juga anak yang awalnya hanya mau duduk di pangkuan orang tua, kini mulai berani duduk di kursi sendiri. Bahkan hal sederhana seperti mengikuti gerakan tangan saat berdoa terasa seperti kemajuan besar. Melihat perkembangan kecil ini menambah semangat saya dalam melayani.
Di minggu ketiga, suasana terasa jauh lebih akrab dan menyenangkan. Ketika musik pembukaan diputar, beberapa anak langsung menoleh dan tersenyum seolah mengenali suasana familiar. Mereka mulai bergerak mengikuti irama, menganggukkan kepala, dan mencoba menepuk tangan meski ritmenya masih tidak sinkron. Di minggu ini, peran saya lebih banyak sebagai pendamping. Ketika tim pelayan lain memimpin kegiatan, saya mendampingi anak-anak di tempat duduk mereka—membantu menjaga fokus, menenangkan yang mulai rewel, dan menemani yang masih malu. Saat tiba waktu aktivitas seperti menempel stiker atau melihat gambar, saya membantu mereka satu per satu: ada yang perlu diarahkan tangannya, ada yang perlu ditemani berdiri, dan ada yang hanya ingin ditemani tanpa banyak bicara. Peran ini membuat saya semakin memahami betapa pentingnya kehadiran dan perhatian dalam pelayanan kepada anak-anak kecil.
Ketika saya merenungkan pengalaman tiga minggu ini, saya melihat bahwa pelayanan batita mengajarkan banyak nilai spiritual dari Tuhan Yesus.
"And let each of you not look only to your own interests, but also to the interests of others." – Philippians 2:4
Pelayanan ini butuh kerendahan hati yang nyata. Ada anak yang rewel, ada yang sulit diatur, dan ada yang tidak mau ikut kegiatan. Namun melalui semua itu, saya belajar untuk bersabar, lembut, dan hadir tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
• Setia
Kesetiaan terlihat melalui hal-hal kecil: menyiapkan ruangan, menjaga anak-anak, dan memastikan mereka merasa aman. Melihat kemajuan kecil pada mereka membuat saya ingin terus berkomitmen dalam pelayanan.
• Melakukan Kehendak Allah
Saya merasa pelayanan ini adalah cara kecil untuk menunjukkan kasih Tuhan. Ada banyak momen ketika saya merasakan tangan Tuhan bekerja—melalui senyum anak-anak, melalui cerita yang dibagikan, bahkan melalui lelah yang berubah menjadi sukacita.
![]() |
| ๐๐๐ |
Pengalaman tiga minggu ini membawa dampak besar bagi saya. Saya ingin menjadi lebih sabar, lebih peka, dan lebih tulus dalam melayani—baik di Sekolah Minggu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Saya berkomitmen untuk terus melayani secara rutin, mempersiapkan diri dengan lebih baik, dan menciptakan suasana yang membuat anak-anak merasa aman dan dicintai. Saya berharap dapat bertumbuh lebih jauh dalam pelayanan gereja dan terus menjadi berkat bagi orang lain. Saya berharap bisa menetapkan semua pelajaran yang telah saya dapatkan dari menjadi guru sekolah minggu.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar